TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengaku telah memerintahkan upaya pembunuhan terhadap seorang politisi tahun lalu dalam pidatonya pekan ini. Namun juru bicaranya mengatakan pada Rabu bahwa Duterte salah bicara.
Dikutip dari New York Times, 19 September 2019, dalam pidatonya pada Selasa malam di istana kepresidenan di Manila, Duterte mengecam korupsi terkait narkoba dalam politik Filipina. Dia menyebutkan dua wali kota yang dibunuh oleh polisi setelah dia menuduh mereka melakukan kejahatan narkoba: Rolando Espinosa, yang ditembak mati di sel penjaranya pada tahun 2016, dan Reynaldo Parojinog, yang meninggal dalam serangan di rumahnya pada tahun 2017.
Kemudian dia menyebut Vicente Loot, seorang wali kota dan mantan jenderal yang selamat dari serangan kelompok bersenjata di Filipina tengah pada Mei 2018.
"Jenderal Loot, kau brengsek," katanya. "Aku menyergapmu, kau binatang, dan kau masih selamat."
Seorang juru bicara kepresidenan, Salvador Panelo, mengatakan pada hari Rabu bahwa Duterte bermaksud mengatakan "Anda disergap," bukan "Saya menyergap Anda."
Duterte, katanya, bukan penutur asli bahasa Filipina tetapi dari Visayan, yang dituturkan terutama di Filipina selatan dan tengah.
"Adalah konyol dan tidak masuk akal untuk menyimpulkan bahwa dia berada di belakang penyergapan hanya karena dia salah mengeja bahasa Filipina, yang bukan bahasa ibu atau bahasa pertamanya," kata Panelo.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Sumber: Reuters/Lean Daval Jr.
Duterte mencalonkan diri sebagai presiden yang menjanjikan kampanye maut untuk membunuh pengedar narkoba, dan ribuan orang, yang faktanya tidak semuanya pengedar atau pecandu, telah ditembak mati oleh polisi atau warga sejak ia menjabat pada tahun 2016.
Loot, Espinosa dan Parojinog ada dalam daftar lebih dari 100 politisi yang Duterte baca di televisi langsung segera setelah menjabat, menuduh mereka terlibat dalam perdagangan narkoba.
Pada Desember, Duterte membantah terlibat dalam serangan terhadap Loot, yang menyebabkan tiga ajudannya dan seorang pekerja dermaga terluka. Loot, yang tidak terluka dalam serangan itu, membantah terlibat dalam perdagangan narkoba.
Pada bulan Juli, Dewan Hak Asasi Manusia PBB memilih untuk memulai proses yang dapat mengarah pada penyelidikan pembunuhan yang dilakukan selama masa jabatan Duterte. Warga Filipina telah mengajukan dua pengaduan di Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag dengan menuduh Duterte melakukan pembunuhan, yang mana satu diajukan oleh dua pria yang mengatakan mereka adalah bagian dari "pasukan pembunuh" yang dia perintahkan sebagai wali kota Davao, sebuah kota di selatan.
Seorang pengacara untuk penguggat, Jude Sabio, mengatakan pada hari Rabu bahwa pernyataan Duterte tentang Loot dapat digunakan untuk melawannya di pengadilan.